Jumat, 23 Desember 2011

AYO IKUT !!!


WORKSHOP
PENYUSUNAN PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MAYARAKAT





Forum Layanan Ipteks Bagi Masyarakat Perguruan Tinggi  (FLIpMAS) ”LEGOWO” bekerja sama dengan  DPPM Universitas Muhammadiyah Malang; LPM-Universitas Negeri Malang; LPPM: Universitas Brawijaya, IKIP Budi Utomo, Universitas Tribhuwana, Universitas Widya Gama; Universitas Wisnu Wardhana; Universitas. PGRI Adi Buana; Politeknik Negeri Malang; UPN. Veteran JATIM, Universitas Machung; STIE Malangkucekwara; Perguruan Tinggi Swasta Lumajang; Agro Indonesia PemKab/PemKot Se Jawa Timur. Akan menyelenggarakan Workshop Penyusunan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat dan tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah: PERAN FORUM LAYANAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (FLipMAS) DALAM PENINGKATAN  MUTU PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BERBASIS WILAYAH

Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut kebijakan Dirjen Dikti perihal desentralisasi pengelolaan program pengabdian kepada masyarakat  ke 12  wilayah Perguruan Tinggi di Indonesia. FLipMAS Legowo mengawali dengan mengerahkan potensi reviewernya yang berpengalaman melaksanakan pengabdian sejak tahun 1994,  untuk memberikan pendampingan kepada Dosen-Dosen Perguruan Tinggi di Jawa Timur dan sekitarnya  dalam penyusunan proposal yang berkualitas sesuai dengan kearifan dan potensi wilayah  (SDA; SDM; Industri). Reviewer yang bergabung dalam Legowo  berkewajiban memotivasi dosen Perguruan Tinggi, untuk  menyusun proposal yang sesuai dengan visi, misi, ketentuan administrasi, jenis program PPM yang dikelola DITLITABMAS, CSR, ataupun Pemkot/Pemkab.

     Tujuan Workshop ini adalah membimbing peserta Workshop dalam membuat Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat seperti Proposal Iptek Bagi Masyarakat (IbM), Iptek Bagi Kewirausahaan (IbK), Iptek Bagi Kewirausahaan Kampus (IbIKK), Iptek Bagi Produk Ekspor (IbPE), dan Iptek Bagi Wilayah (IbW). Melalui berita  ini, kami mengundang para Dosen Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, baik atas nama lembaga maupun pribadi, untuk berkolaborasi dalam penyusunan proposal berbasis kewilayahan.

            Rencananya kegiatan workshop akan dilaksanakan  selama 2 (dua) hari yaitu pada hari Rabu  tanggal 25 Januari 2012 mulai jam 13.30 – 22.00 dan hari Kamis 26 Januari 2012 mulai pukul 08.00 – 12.00 bertempat di Hotel Palem Sari Jl. Raya Punten  No. 2 Batu.  Kontribusi  Peserta Workshop per orang:
1.    Pengurus/anggota Flipmas Legowo dana sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
2.    Umum: dana sebesar Rp.450.000,- (empat ratus limapuluh ribu rupiah).
Catatan:
Umum: pembayaran yang dilakukan sebelum tanggal 15 Januari 2012, hanya Rp.350.000,- (tigaratus limapuluh ribu rupiah)
Fasilitas selama workshop meliputi: konsumsi selama workshop;  Penginapan ( 1 kamar untuk 2 peserta) ;   Sertifikat ; Workshop Kit ; Layanan konsultasi 2x setelah workshop di Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang).

            Biaya pendaftaran dapat diserahkan di :
1.  Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang) setiap jam kerja, kepada sdr Afif Setiawan (staf pendaftaran).
2.  Tranfer ke rekening bank : an. Panitia Workshop Pemetaan Wilayah dan Penyusunan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat PPM. No. Rekening BNI  0140595597 Cabang Malang
An Dyan Djuwitaning Rini
Pendaftaran dapat dilakukan secara langsung di Panitia Workshop, Kantor Sekretariat “FLIpMAS LEGOWO” Jalan Raya Tlogomas 246 Malang (DPPM  Universitas Muhammadiyah Malang), atau melalui e-mail : legowoflipmas@yahoo.com  Telp: 0341464318 ; Fax 0341435 / 0341460782 Mobile 087859907623.  pada setiap hari kerja : Senin-Jumat Pk. 08.00 s/d  15.00. WIB. Pendaftaran akan ditutup pada tanggal 24 Januari 2012 pukul 15.00. WIB. Peserta dibatasi  100 orang.


Pelaksanaan workshop ini diawali dengan penjelasan tentang : Kebijakan PPM DITLITABMAS; Pemkab/Pemkot; Selanjutnya peserta diskusi/menyusun proposal sesuai minatnya masing-masing. dibagi menjadi 10 orang/kelompok yang didampingi seorang instruktur/reviewer. Rencana pembicaranya adalah:
1.          DITLITABMAS Ditjen DIKTI
2.          Prof. Dr. Sundani N.S. (Pakar Prodikmas)
3.          Ir. Gatot Murdjito, MSc. (Pakar Prodikmas)
4.          Bapeprov, Bapekab/Bapeko
5.          Pimpinan Program CSR Perusahaan/BUMN

INFORMASI TRANSPORTASI
Bagi peserta dari luar pulau atau luar daerah, panitia memberi informasi tambahan tentang jadwal penerbangan  dan transportasi menuju ke arah  Hotel PALEM SARI   Jl. Raya Punten No.2.  BATU Telp.0341-591219.
  1. Malang- Jakarta
Sriwijaya jam 08.35.SJ251; 12.25.SJ247; 14.25.SJ247
Batavia jam 11.50Y6-244.
Garuda jam 10.50 GA291;
  1. Jakarta - Malang
Sriwijaya jam 06.40.SJ250; 10.30.SJ246.
Batavia jam 09.45.Y6-243
Garuda jam 08.40.GA290; 11.00.GA292

Keluar Bandara dapat menggunakan taksi bandara menuju Hotel PALEM SARI  Jl. Raya Punten No.2. BATU.
Tiket pesawat segala jurusan dapat dipesan pada sdr. IIN (trevel Domestik) No.HP. 03418145430; 081233455233; 081334347477.

PERAN DAN TANGGUNGJAWAB CSR DALAM PENGENDALIAN DAN OPTIMALISASI LINGKUNGAN

PERAN DAN TANGGUNGJAWAB CSR DALAM PENGENDALIAN DAN OPTIMALISASI LINGKUNGAN

Sundani Nurono Soewandhi
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
sundani@fa;itb;ac;id

Pendahuluan
Sejak kapankah kita semua menyimak betul tentang Corporate Social Responsibility, CSR ini? Di jaman Orde Baru nyaris setiap saat terdengar dan nyata adanya pembangunan masjid-masjid, student center, lapangan olah raga, bantuan bagi dunia pendidikan, pembangunan sekolah-sekolah, bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu, bantuan teknis dan operasional yang dilaksanakan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Yayasan, Industri, Lembaga Sosial Masyarakat, atau Klub-klub sosial bahkan individu dalam kerangka perbaikan kehidupan sosial, budaya, ekonomi manusia dan juga lingkungan kehidupannya. Bukankah di antara sekian banyak kegiatan itu juga telah ada yang tergolong ke dalam CSR ini? Jika benar bahwa CSR baru diperkenalkan kepada dunia pada tahun 1953 kemudian direalisasikan sejak akhir tahun 60 atau awal 70an, tentunya Indonesia tidak dapat dikatakan tertinggal dari kecederungan baru tersebut. Lalu mengapa belakangan CSR seolah-olah muncul begitu mendadak dan demikian pentingnya bagi perbaikan kehidupan masyarakat di Indonesia?
Di jaman Orde Baru (1967-1998) dimana kebijakan sentralistik menjadi pola manajemen bernegara, CSR ini pada hakekatnya sudah dijalankan. Pembangunan mesjid bantuan Yayasan Amal Bakti Pancasila, bantuan beasiswa bagi mahasiswa yang secara ekonomis kurang beruntung dari Yayasan Supersemar, bantuan gedung Student Center dari Pertamina, bantuan investasi peralatan pendidikan tinggi dari Schlumberger dapat dijadikan contoh. Jika saja sumber dana tersebut dinapaktilasi, besar kemungkinan muaranya juga sama, CSR. Pada jaman Orde Reformasi (1998-sekarang) pola sentralistik diubah menjadi desentralistik. Pola yang memberi peluang bagi industri BUMN, partikulir ataupun PMA mampu menerimakan visinya kepada masyarakat luas lebih leluasa. Juga dalam upaya industri membangun citra sebagai penjaga lingkungan yang baik, meningkatkan kesentosaan hidup masyarakat sekaligus memperoleh keuntungan.
Meskipun demikian, kesentosaan masyarakat dan kelestarian lingkungan tidak semata-mata ditentukan pada tingkat kepatuhan pengelola industri dengan kebijakan CSRnya. Pemerintah sebagai penyelenggara negara yang mengemban amanat UUD 1945 tetap menjadi tokoh kunci dalam pengelolaan kekayaan alam dan seisinya bagi kemaslahatan bangsa Indonesia.

CSR
Situasi kekinian semesta semakin mengkhawatirkan banyak pihak, khususnya terhadap pemanasan global.  Industri disudutkan sebagai pihak paling dominan penyebab kerusakan lingkungan di dunia. Kabar terakhir menginformasikan bahwa kerusakan hutan Sumatera disebabkan karena boneka Berby yang menjadi kesukaan anak-anak. Belum lagi kerusakan yang diakibatkan Lumpur Lapindo Porong Sidoarjo, PT Freeport di Papua dan di lain-lain pelosok NKRI. Oleh sebab itu, di negara-negara perintis CSR, akibat berbagai tekanan pihak-pihak eksternal dan internal, pengelola industri pada akhirnya mengambil kebijakan adanya CSR. Kebijakan yang dinilai relevan dengan keberlanjutan usaha dimana suatu industri berupaya menciptakan keseimbangan antara profit yang diterima dengan level kesentosaan dan kelestarian lingkungannya. Untuk mengenal CSR, The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikannya seperti ini:
"Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as the local community and society at large."

FORUM LAYANAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (FLipMAS)
realisasi sebuah gagasan
Sundani Nurono Soewandhi

(Guru Besar Material Sains dalam Kelompok Keilmuan Farmasetika,
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, sundani@fa.itb.ac.id atau sunda94@ymail.com)

Dasar Pemikiran
Sejarah program
Tanpa kecuali, tenaga pendidik perguruan tinggi di Indonesia wajib menunaikan Tri Darma. Menurut UU Sisdiknas tahun 2003, ketiga Darma perguruan tinggi tersebut terdiri dari Pendidikan/Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Sampai saat ini belum ada satupun produk hukum yang mengatur tentang komposisi ketiga Darma untuk mencapai mutu produk pendidikan sesuai yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan. Akibatnya masing-masing perguruan tinggi, PT merealisasikannya secara berbeda menuruti persepsinya sendiri. Fakta yang terekam sampai saat ini, PT lebih fokus pada darma Pendidikan/Pengajaran, berikutnya Penelitian. Darma Pengabdian kepada Masyarakat, PPM memperoleh perhatian paling minim atau bahkan terabaikan.

Sampai tahun 1994, program PPM yang dibiayai Ditlitabmas Ditjen Dikti adalah Penerapan Ipteks dan Kuliah Kerja Nyata, KKN. Realisasi program Penerapan Ipteks di masyarakat umumnya didominasi kegiatan penyuluhan, pelatihan atau pendampingan yang berjangka pendek (hitungan hari) tanpa mempertimbangkan dampaknya. Aktivitas semacam itu wajar memperoleh dukungan biaya sebesar Rp 5 juta,- bagi setiap kelompok pelaksana. Sama wajarnya dengan skor rendah yang diberikan dalam perhitungan angka kredit kenaikan pangkat/golongan tenaga pendidik. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya realisasi PPM PT.

Sejak tahun 1994, Ditlitabmas memperkenalkan program Vucer dengan biaya sebesar Rp 10 juta dan berubah menjadi Rp 15 juta sekitar tahun 2007-2009. Program tersebut  fokus kepada masyarakat produktif (usaha mikro, petani, peternak, nelayan dll) yang membutuhkan bantuan pada aspek produksi atau manajemen. Masyarakat yang tergolong tidak produktif secara ekonomis, masih memperoleh bantuan PT melalui program Penerapan Ipteks. Analisis data evaluasi pelaksanaan program Vucer memicu terbentuknya program Vucer Multi Tahun, VMT (1997) yang berorientasi pada produk ekspor. Pada tahun yang sama direalisasikan program Pengembangan Budaya Kewirausahaan di PT, PBKPT (1997) sebagai upaya menciptakan wirausaha baru dari kalangan PT. Persoalan kewilayahan  yang dihadapi masyarakat dan Pemerintah Daerah menjadi fokus perhatian Ditlitabmas sebagai alternatif  lain memperkuat kinerja program KKN. Program kemitraan bersama Pemda dengan memperhatikan aspirasi dan potensi masyarakat, dibiayai pihak Pemda dan Ditlitabmas, bernama program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat, SIBERMAS (2001).  Menyadari pentingnya sosialisasi produk intelektual masyarakat PT ke masyarakat luas, sekaligus mempertimbangkan rendahnya kepercayaan industri atau investor terhadap mutu produk intelektual PT, Ditlitabmas pada tahun 2001 membentuk program Unit Usaha Jasa dan Industri, unit-UJI. Melalui program ini tenaga pendidik memperoleh akses untuk memproduksi dan memasarkan produk-produk intelektualnya ke masyarakat.

PROdikMAS


Aku punya seorang guru, yang menurutku berbeda dengan guru-guruku yang lain.  Sang guru ini kalau dicermati dari cara berpikir, ucapan, tindakan benar-benar menggambar seorang mahaguru yang diharapkkan kebanyakan orang.  Orang Jawa bilang ‘sembodo’,  apa yang diucapkannya sebagai ajaran bukan sesuatu yang kosong, cenderung klop antara yang diucapkan dengan tindakannya, dan pikirannya terbiasa tertantang  untuk menjawab permasalahan riil di lingkungannya, tidak mau duduk manis di atas singgasana akademiknya yang sudah purna. Membaca pikirannya kita diajak untuk menyingsingkan lengan baju, mengasah kecerdasan, turun kemasyarakat, bersifat humanis berbaur menggali kearifan lokal, memupuknya dengan iptek yang ada untuk mendayakan, memandirikan dan mensejahterakan masyarakat.

Sang guru ini, kepada siapapun dekat, menghargai setiap orang dan sering menjadi penggagas, inspirator, motivator gerakan yang ruhnya bertumpu pada keinginan terwujudnya ‘peradaban wilayah membudaya dan teraktualisasi di masyarakat’. Upaya merengkuh ‘profesional pendidik masyarakat atau PROdikMAS’, lalu menyatukan gerak langkah sedang beliau lakukan. Beliau selalu menekankan bagaimana  semestinya ada sinergitas dan integritas kerja dalam pengabdian kepada masyarakat, jangan sepotong-potong, sendiri-sendiri, kasuistik dan individual.  Mudah-mudahan gerakan ini bisa menjadi virus yang cepat menular, menjadi warna baru gerakan pendidikan. Pendidikan memang seharusnya mencerahkan kehidupan masyarakat, harus menjadi penerang kegelalan, harus menjadi pendobrak kebuntuan,  agar bisa berperan demikian perguruan tinggi sebagai ibu kandung ‘iptek’ harus berani  mengaktualisasikan nya di masyarakat.  

Sangat sulit barangkali, menemukan guru yang demikian di jaman seperti ini. Kebanyakan maha guru lebih asyik dengan berkutat di masyarakat kampus saja, sangat kurang aktivitas di masyarakat nyata. Problem yang banyak disentuh adalah problem-problem yang dibangun oleh pikirannya sendiri bukan problem riil yang ada di mayarakat. Jadi amat banyak pendidik di perguruan tinggi yang sesungguhnya tercerabut dari peran totalitas yang mesti disandangnya untuk mengembangkan Tri Darma secara berimbang.  Mereka masih banyak cuma menjalankan darma pendidikan pengajaran dan penelitian, darma pengabdiannya sangat minus untuk tidak dibilang tidak ada.

Aku lebih angkat topi pada sang maha guru ini, karena semangatnya menghimpun orang-orang perguruan tinggi yang memiliki perhatian lebih pada aspek pengabdian kepada masyarakat, bahkan kemudian memopulerkannya dengan sebutan yang menarik yaitu ‘PROdikMAS’. Prodikmas adalah akronim dari Profesional Pendidik Masyarakat. Suatu sebutan yang layak sebagai penghargaan untuk orang-orang yang melawan arus peran di perguruan tinggi yang member keseimbangan tiga darma dengan semangat mengabdi pada persoalan riil di masyarakat. Tidak mudah untuk menjadi prodikmas kareana tuntutannya tidak sebatas menguasai iptek tapi harus humanis, mau susah bayah, iklas walau tanpa imbalan insentif sekalipun.

Menjadi prodikmas berarti menjadi guru yang dapat digugu dan ditiru. Bisa menerima kearifan local masyarakat dan tidak memaksakan teori-teori yang dipahaminya tetapi berupaya mengkonstruksikan  sesuai kondisi dan harapan masyarakat supaya bisa diterima dan terbangun sebagai buah  pikiran yang lebih terevaluasi. Menjadi prodikmas harus memiliki semangat tinggi, karena merubah masyarakat tidak bisa dilakukan secara cepat, secara instan tetapi butuh waktu dan kesabaran. Prodikmas harus menguasai hal-hal praktis, karena hal itu akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Mengajari masyarakat naik sepeda sangat naïf bila pengajarnya tidak bisa naik sepeda.

Sungguh akan sangat berarti bila kelahiran prodikmas terjadi di mana-mana, anggaplah separoh pendidik di perguruan tinggi bisa menjadi prodikmas atau ‘aktor perubahan’ di masyarakat maka perubahan hidup, kemadirian dan kesejahteraan masyarakat akan mudah tercapai. Tidak itu saja, kesuksesan pendidik mengetahui realita di masyarakat juga akan memberi kekuatan pada proses ‘pendidikan pengajaran’ nya di bangku kuliah, sehingga mahasiswa juga memahami hal riil masyarakat te3mpat nantinya ia kembali setelah lulus. Juga hal tersebut akan melahirkan ide-ide penelitian yang rasional dan cemerlang yang dibutuhkan oleh masyarakat,  bukan lagi penelitian yang mendaki-daki tapi tidak ada manfaatnya bagi masyarakat sekitarnya.